Sistem keamanan Bank di Indonesia

Author: Jaka Reska Firdaus // Category:
Beberapa hari belakangan ini terjadi kasus pembobolan ATM di sejumlah bank besar Indonesia.
Berawal dari kasus penjebolan mesin ATM BCA di Bali. Nasabah tiba-tiba kehilangan uang tanpa melakukan transaksi. Penjebolan ATM atau skimming sebenarnya sudah lama terjadi, tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Bank-Bank di seluruh dunia terus berusaha menanggulangi kejahatan seperti ini. Yang jelas sistem keamanan harus bisa melampaui kelihaian para kriminal. Menurut Yanuar Rizky, pakar perbankan Indonesia, saat ini ada krisis kepercayaan nasabah dan bank-bank di Indonesia seharusnya
mulai memperbaiki sistem keamanannya.
Sistemik
Yanuar menjelaskan ada dua masalah inti yang mengawali banyaknya pembobolan bank semacam ini di Indonesia. Pertama adalah kurang diurusnya sistem perbankan. Dengan adanya kejadian seperti ini, inilah saatnya otoritas mengurus sistemik itu. Ini disebut sistemik real, karena kalau bank saja tidak dipercaya masyarakat krisis akan berlanjut ke masalah krisis perbankan seperti yang ditakutkan sekarang ini.
Menurut Yanuar, seharusnya sekarang sudah ada pernyataan dari pemerintah atau Lembaga Penjamin Simpanan, bahwa masyarakat harus tenang. Jika uang hilang karena pembobolan, pasti akan dijamin dananya kembali.
Infrastruktur
Masalah kedua adalah dunia perbankan Indonesia harus memperkuat infrastrukturnya. Jika melihat banyaknya kejadian seperti pembobolan ATM, Yanuar menjelaskan perbankan Indonesia sebaiknya segera dilakukan audit sistem teknologi yang diterapkan seluruh perbankan. Kartu ATM yang ada saat ini masih belum cukup aman dari penggandaan kode rahasia.
Jika ingin lebih aman, seharusnya digunakan chip dalam kartu. Namun untuk menambahkan chip dalam kartu dibutuhkan dana yang besar, karena harganya mahal. Namun jika bank-bank Indonesia lebih peduli keamanan nasabah dari pada biaya produksi kartu dan strategi pemasaran luas, maka seharusnya kartu ATM bisa dibuat dengan sistem pengamanan yang lebih memadai.

sumber: http://www.rnw.nl/id/bahasa-indonesia/article/sistem-keamanan-bank-di-indonesia-harus-diperbaiki

2 Orang Hebat dalam Sejarah Pendakian

Author: Jaka Reska Firdaus // Category:
Apabila Anda bertanya kepada pendaki Indonesia, siapa pendaki hebat di negeri ini?, Anda akan menemukan jawaban: Norman Edwin dan Soe Hok Gie. Dan selanjutnya apabila Anda bertanya kepada pendaki yang belum berwawasan luas dimana saja, siapa pendaki hebat yang menyusuri Himalaya? Anda pasti akan menemukan jawaban: Reinhold Messner.

Himalaya

Tetapi bila pertanyaan itu ditujukan kepada para pendaki veteran yang pernah menjamah 8000 mdpl ataupun sebagian dari Seven Summits, mereka pasti memilih Jerzy Kukuczka. Meskipun Reinhold Messner dan Jerzy Kukuczka sama - sama dijuluki pendaki hebat, karena keduanya adalah dua orang pertama yang telah menggapai 14 puncak diatas 8000 mpdl, tetapi sebenarnya prestasi antar keduanya memiliki selisih yang sangat signifikan.

Messner adalah tipe pendaki yang selalu memanfaatkan prestasinya untuk mencari modal untuk setiap pendakiannya, selalu mendaki dengan penuh perhitungan dan memanfaatkan alat pendakian modern. Sebaliknya, Kukuczka bukanlah siapa - siapa, ia adalah tipe pendaki miskin tidak bermodal, hanya mau mendaki lewat rute tersulit, yang selalu berjuang dan menderita dalam kesendirian dan selalu mendaki dengan cara Alpine Style selama musim dingin. Bahkan di penghujung hidup dan karir pendakiannya, ia masih memakai peralatan bekas yang ia membeli dari pasar tradisional Kathmandu. Alpine Style adalah model pendakian secara tradisional, dengan alat seadanya dan bekal seminim mungkin.

Reinhold Messner adalah orang pertama yang telah menggapai semua 14 puncak 8000 mdpl, tetapi Kukuczka lah orang pertama yang mampu melakukannya dalam waktu singkat. Messner butuh waktu 16 tahun, sedangkan Kukuczka hanya 8 tahun. Kukuczka meraih 11 dari 14 puncak tersebut melalui rute baru, 4 puncak ia raih ketika musim dingin yang menjadikannya sebagai pendaki pertama yang berhasil mencapai puncak Dhaulagiri, Cho Oyu, Kanchenjunga dan Annapurna I pada musim dingin.

Messner adalah pendaki puncak Everest pertama tanpa bantuan oksigen, tetapi Kukuczka hanya sekali memakai bantuan oksigen selama mendaki semua 14 puncak di atas 8000 mdpl.

Reinhold Messner

REINHOLD MESSNER:
* 1970: Nanga Parbat ( 8125 m )
* 1972: Manaslu ( 8156 m )
* 1975: Gasherbrum I ( Hidden Peak ) ( 8068 m )
* 1977: Dhaulagiri ( 8167 m )
* 1978: Mount Everest ( 8848 m ) ( Pendakian pertama tanpa bantuan oksigen ), Nanga Parbat ( 8125 m ) ( Pendakian solo pertama 8000 mdpl dari basecamp )
* 1979: K2 ( 8611 m )
* 1980: Mount Everest ( 8848 m ) ( Pendakian solo pertama tanpa bantuan oksigen - musim badai )
* 1981: Shisha Pangma ( 8012 m )
* 1982: Kangchenjunga ( 8598 m ), Gasherbrum II ( 8035 m ), Broad Peak ( 8048 m ), Cho Oyu ( 8201 m - gagal melakukan pendakian musim dingin )
* 1983: Cho Oyu ( 8201 m )
* 1984: Gasherbrum I ( 8068 m ) dan Gasherbrum II ( 8035 m ) sekaligus tanpa balik ke basecamp terlebih dahulu
* 1985: Annapurna ( 8091 m ), Dhaulagiri ( 8167 m )
* 1986: Makalu ( 8485 m ), Lhotse ( 8516 m )

Jerzy Kukuczka

JERZY KUKUCZKA:
1. 1979 — Lhotse - rute normal
2. 1980 — Mount Everest - rute baru
3. 1981 — Makalu - rute baru, solo
4. 1982 — Broad Peak - rute normal, alpine style
5. 1983 — Gasherbrum II - rute baru, alpine style
6. 1983 — Gasherbrum I - rute baru, alpine style
7. 1984 — Broad Peak - rute baru, alpine style
8. 1985 — Dhaulagiri - pendakian musim dingin pertama
9. 1985 — Cho Oyu - rute baru, pendakian musim dingin pertama
10. 1985 — Nanga Parbat - rute baru
11. 1986 — Kanchenjunga - pendakian musim dingin pertama
12. 1986 — K2 - rute baru, alpine style
13. 1986 — Manaslu - rute baru, alpine style
14. 1987 — Annapurna I - pendakian musim dingin pertama
15. 1987 — Shisha Pangma - rute baru, alpine style

referensi: http://www.belantaraindonesia.org/2012/01/2-orang-hebat-dalam-sejarah-pendakian.html

Aklimatisasi

Author: Jaka Reska Firdaus // Category:

Aklimatisasi sering kita dengar dalam satu pendakian gunung tinggi di atas 5000 mdpl. Aklimatisasi penting dilakukan, biasanya di gunung tinggi bersalju, untuk proses penyesuaian diri dalam rangka lebih mengenal lingkungan alam. Aklimatisasi suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi dari suatu organisme tehadap satu lingkungan baru yang akan dimasukinya.

Hal ini didasarkan pada kemampuan organisme untuk dapat mengatur morfologi, perilaku, dan jalur metabolisme biokimia di dalam tubuhnya untuk menyesuaikannya dengan lingkungan. Beberapa kondisi yang pada umumnya disesuaikan adalah suhu lingkungan, derajat keasaman ( pH ), dan kadar oksigen.

Proses penyesuaian ini berlangsung dalam waktu yang cukup bervariasi tergantung dari jauhnya perbedaan kondisi antara lingkungan baru yang akan dihadapi, dapat berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu.

PENERAPAN AKLIMATISASI
Pendakian gunung. Hal ini biasanya dilakukan apabila seseorang ingin melakukan pendakian pada gunung yang memiliki puncak yang cukup tinggi, hingga ribuan meter di atas permukaan laut, seperti Gunung Everest. Beberapa hal utama yang harus disesuaikan antara lain adalah suhu dan kadar oksigen di udara karena pada dataran tinggi suhu lingkungan bisa jauh lebih rendah, demikian pula dengan kadar oksigennya yang menyebabkan tubuh harus memproduksi lebih banyak sel darah merah atau eritrosit.

Contoh lain dari Aklimatisasi juga dapat diterapkan pada tanaman budidaya dan pada teknik kultur jaringan. Dalam teknik kultur jaringan, tanaman yang masih berada di dalam botol steril akan disiapkan untuk dipindahkan ke lingkungan aslinya, yaitu di tanah terbuka dengan kondisi lingkungan yang lebih tidak terkontrol.