Nama: Jaka Reska Firdaus
Npm : 23110705
Kelas : 1KB02
Tema Wawancara :
Perpaduan Apik antara Bisnis dan Politik
H. Zulkifli Hasan SE. MM. (lahir di
Penengahan, Lampung Selatan,
17 Mei 1962; umur 48 tahun) adalah
politikus yang menjabat
Menteri Kehutanan Indonesia sejak
22 Oktober 2009. Sebelumnya ia pernah menjabat Sekretaris Jenderal
PAN periode
2005 -
2010.
Cita-cita awalnya adalah menjadi seorang doketr. Namun, sukses sebagai pengusaha dan politisi tak membuatnya kecewa karena tak bisa menjadi seorang dokter. Ia yakin bahwa politik dan bisnis bukanlah sesuatu yang bertolak belakang. Putera Lampung ini pun mantap untuk menekuni keduanya. Dengan keyakinan itu, karir politiknya menjadi semakin berkilau.
Dinamis, selalu bersemangat dan optimistik adalah kesan yang didapat ketika bertemu dengan pengusaha yang sukses di bidang alat-alat elektronik, peralatan rumah tangga Panacook dan biro perjalanan Hudaya Safari. Pria kelahiran Pekon Pisang, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan, 17 Mei 1962 ini mengenyam pendidikan S1 di Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen Universitas Krisnadwipayana, Jakarta, lalu melanjutkan S2 jurusan Keuangan Internasional di Sekolah Tinggi Manajemen PPM, Jakarta.
Kongres II Partai Amanat Nasional memilih Zulkifli sebagai Sekretaris Jenderal DPP PAN periode 2005-2010. Konsistensinya pada daerah pemilihan Lampung-1 memberikan kepercayaan padanya untuk duduk sebagai anggota DPR, bahkan menjadi ketua fraksi DPR RI Komisi VI bidang perdagangan, perindustrian, koperasi dan BUMN.
Pemilik P.T Panamas Mitra Inti Lestari, P.T Batin Eka Perkasa, dan P.T Sarana Bina Insani ini mengelola sekitar 1000 karyawan. Perpaduan jiwa enterpreneur dengan keahliannya dalam bidang manajemen membuat pria yang menjaga kebugaran tubuhnya dengan berolah raga jogging dan minum madu ini memiliki kemampuan yang berbeda jika dibandingkan dengan politisi lainnya.
Ia juga memberi paradigma baru dalam mengembangkan partai politik. Ketua Ikatan Alumni Sekolah Tinggi Manajemen PPM ini yakin bahwa kesejahteraan ekonomi bagi para kader PAN adalah faktor yang tak kalah signifikan. Pria yang menikah dengan Soraya dan dikaruniai empat anak, yakni Futri Zulya Savitri, Zita Anjani, Ray Zulham Farras Nugraha, dan Muhammad Rafi Haikal ini menerima Nidya Swasti Budiarti untuk wawancara pada hari Jumat, tanggal 16 November 2007, di rumah pribadinya, Kompleks Cipinang Indah, Jakarta Timur.
Saya: Anda adalah putera Lampung, bagaimana perjalanan Anda hingga bisa sampai dan menempuh pendidikan serta menjadi orang yang sukses di Jakarta?
Beliau: Awalnya saya sekolah di sebuah desa di pedalaman Lampung, lalu saya pindah SMA di kota Lampung, di sekolah itu cuma saya yang berasal dari desa. Saya nggak suka sekolah di sana. Dua minggu kemudian saya kabur ke Jakarta. Ayah saya tidak tahu kalau saya ke Jakarta, saya cuma dikasih uang sama Ibu buat ongkos ke Jakarta. Di Jakarta, saya sekolah di SMA Negeri 53, Jakarta Timur.
Nggak lama, Ayah saya tahu kalau saya pindah ke Jakarta. Dia sangat marah, tetapi keinginan saya untuk sekolah di Jakarta sangat besar. Akhirnya ia mengijinkan saya untuk sekolah di Jakarta dengan syarat saya harus menjadi juara umum di sekolah. Hal tersebut dapat saya buktikan dengan menjadi juara umum tiga tahun berturut-turut. Sampai akhirnya Ayah setuju dan merestui saya untuk sekolah di Jakarta.
Setelah lulus kuliah, saya mengikuti seleksi Capeg (calon pegawai negeri). Dari ribuan orang yang mengikuti tes, saya salah satu orang yang lulus. Dua minggu setelah bekerja, saya memutuskan untuk berhenti. Saya dibilang ‘gila’ oleh teman-teman saya karena melepas pekerjaan itu. Di saat banyak orang menginginkan pekerjaan itu, saya malah melepasnya. Gaji yang saya terima dari pekerjaan itu hanya Rp 30000, sedangkan cita-cita saya ingin sekali punya mobil VW Kodok. Saya mikir, kalau gaji saya cuma Rp 30000 kapan saya bisa beli mobil itu. Akhirnya saya coba-coba untuk berdagang peralatan rumah tangga.
Awalnya saya kerjasama dengan teman saya. Kita sama-sama jualan peralatan rumah tangga. Dari berdagang itu, setiap barangnya saya dapat untung Rp 30000 dan sehari saya bisa menjual sekitar tiga barang. Berarti setiap hari saya bisa punya uang Rp 90000. Jumlahnya sama dengan gaji tiga bulan saya kerja di tempat sebelumnya. Waktu itu harga motor masih Rp 200000. Dalam waktu sebulan saya sudah bisa beli motor.
Saya merasa inilah pekerjaan yang saya cari selama ini. Ya, teruslah saya belajar berdagang. Akhirnya saya buka counter-counter gitu. Saya pun kuliah sambil dagang. Dari dagang saya dapat kepercayaan dari orang, lama-lama dagangannya tambah maju, tambah banyak, lama-lama bikin P.T, dan setelah berkembang bikin pabrik. Berkembang lagi dan sekarang ada BPR-nya (Bank Perkreditan Rakyat).
Saya: Anda memulai bisnis dari nol, bagaimana dengan modal?
Beliau: Saya berusaha mencari kepercayaan dari orang. Ada kenalan dalam berdagang dan kita cocok. Maka kita jalan bersama-sama.
Saya: Dari semua perusahaan yang Anda miliki, mana yang memiliki keuntungan paling besar dan berapa jumlah keuntungan rata-rata pertahun?
Beliau: Perusahaan trading yang bergerak di bidang produksi peralatan elektronik, yaitu P.T Batin Eka Perkasa. Kita bisa menjual sekitar 12000 unit setiap tahunnya. Keuntungannya sekitar delapan belas miliar.
Saya: Dan mana perusahaan yang memiliki keuntungan paling kecil serta berapa jumlah keuntungan rata-rata pertahun?
Beliau: Yang kecil itu BPR. Keuntungannya sekitar lima miliar per tahun.
saya: Mengapa memilih usaha tersebut?
Beliau: Saya pilih dagang karena contoh nabi. Nabi mengatakan, “masuklah kamu ke pasar”. Jadi, kita ikuti sunah rasul, berdagang dan berniaga. Nah, itu harusnya dicontoh sebagai suri tauladan. Dan itu yang jadi kelemahan bangsa kita. Orang takut berdagang, maunya jadi pegawai saja. Kalau saya nggak mau. Saya berhenti jadi pegawai, saya berdagang, saya mengikuti sunah rasul.
Saya: Apa andil perusahaan Anda bagi lingkungan sosial?
Beliau: Saya percaya penuh, makin banyak saya membantu, makin banyak sedekah, makin banyak infak, makin benar bayar zakat, usaha itu akan tambah maju. Dulu waktu masih saya yang pegang, saya zakat terus. Saya royal untuk itu. Pokoknya asal ada sumbangan, saya sumbang terus, usahanya tambah maju.
Sekarang saya lagi marah sama yang mengelola kantor, karena malas nyumbang. Omzetnya tambah turun, bukan tambah banyak. Jadi memang harus, bantuan yang bersifat sosial itu kan wajib. Infak, sedekah dan membantu lingkungan sekitar itu kan wajib. Itu bukan mengurangi keuntungan tapi jadi makin maju. Saya sudah praktekkan sejak lama. Saya percaya, semakin banyak memberi, semakin banyak menerima.
Saya: Bagaimana dengan kewajiban membayar pajak?
Beliau: Ya harus bayar dong. Itu kewajiban kita sebagai warga negara, harus taat membayar pajak. Karena itu untuk pembangunan.
Saya: Bagaimana dengan kesejahteraan karyawan Anda?
Beliau: Ya paling tidak harus sesuai dengan ketentuan pemerintah. Kalau di kantor saya itu, saya memberikan THR (Tunjangan Hari Raya) sampai tiga kali gaji. Kalau orang-orang kan satu kali, saya tiga bulan gaji. Nah, itu kan salah satu contoh saja.
Saya: Anda melakukan ekspor ke Middleast dan Amerika. Bagaimana dampak kenaikan harga minyak dunia terhadap usaha Anda?
Beliau: Masih stabil tapi agak turun sedikitlah omzetnya.
Saya: Pengalaman menarik Anda dalam menekuni dunia bisnis?
Beliau: Ya kalau dunia bisnis itu bisa up and down. Saya pernah juga jatuh, bangkrut bahkan rugi. Karena ditipu orang yang nggak bayar. Waktu itu semua agen-agen nggak bayar. Akhirnya saya dulu defisit, rugi.
Walaupun berat, tapi saya yakin kalau kita tidak menipu tetapi kalau kita yang ditipu, Allah akan membalas lebih banyak. Saya tetap kerja keras. Berat sekali saat itu. Mobil habis, semua habis, saya jual semualah. Saya utang untuk membayar utang. Sampai akhirnya orang percaya lagi sama saya. Dan betul, sekarang hasilnya lebih banyak daripada sebelum saya dibohongi. Jadi, kalau Anda usaha, jatuh biasa-biasa saja. Jangan patah semangat!
Saya: Apa yang menyebabkan Anda masuk ke dunia politik?
Setelah reformasi, memang saya tertarik lah. Sebelum ada reformasi dan belum banyak partai politik, saya tidak pernah ikut-ikut. Karena orang beranggapan waktu jaman dulu, berpolitik itu KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme). Karena itu saya nggak ikut, dan memilih berbisnis saja.
Tapi setelah reformasi itu ada pak Amien, Hatta, dll. Terutama pak Amien, sebagai tokoh Muhammadiyah. Saya kan orang Muhammadiyah, dan pak Amien adalah orang yang saya kagumi karena dia bersih, tokoh reformasi, ketua Muhammadiyah, dan ia memang ikhlas. Jadi, ya saya bergabung ke situ.
Saya: Setelah Anda terjun ke dunia politik, bagaimana dengan perusahaan-perusahaan Anda?
Beliau: Untuk perusahaan-perusahaan saya seperti P.T Panamas Mitra Inti Lestari dan P.T Batin Eka Perkasa, saya berikan pengelolaannya kepada adik-adik saya. Saya tinggal menunggu laporan perkembangannya saja. Untuk usaha biro perjalanan, P.T Sarana Bina Insani, saya hibahkan kepada Dewan Dakwah untuk dikelola.
Saya: Apa kiatnya sehingga Anda bisa sukses di dunia bisnis dan politik?
Beliau: Politik maupun dagang itu, saya kira sama. Jujur itu harus kita pegang, kemudian integritas karakter. Nah, yang utama itu kejujuran. Orang dalam berbisnis itu, ucapan saja cukup. Jangan sampai, sudah perjanjian notaris tapi tidak diakui. Omongan itu sudah cukup dan itu harus bisa dipegang. A ya a, senin ya senin. Nah, begitu juga di politik. Itu integritas karakter. Dalam Islam itu adalah amanah. Itu saja yang kita pegang.
Saya: Apa alasan yang mendasari Anda membangun Forum Bisnis Sejahtera Anggotaku dalam partai PAN?
Beliau: Partai politik itu kan seolah-olah ada gap (jarak) dengan masyarakat. Parpol itu seolah-olah lain, rakyat juga lain. Nah, PAN itu sebagai partai politik yang modern mencoba agar partai politik itu tidak jauh dengan masyarakat dan ada kontribusi yang positif, yang fakta nyata. Kalau nanti main ke kantor PAN itu ada restoran, ada warung, ada puskesmasnya, ada tempat refleksi, ada mini market-nya.
Jadi, tidak asing dan tidak sendiri. Di PAN itu lengkap, bahkan sebentar lagi akan ada radio. Nah, kita bikin forum bisnis itu untuk membangun jaringan bisnis agar ada pengusaha kecil dan pengusaha menengah membuka jaringan baik nasional maupun internasional. Itu yang pertama. Dan yang kedua, untuk memberi pelatihan-pelatihan enterpreneur, bahwa kita tidak menjadi pegawai saja. Kita ikuti ajaran rasul, itu yang utama. Forum bisnis itu tidak hanya PAN, tetapi siapa saja bisa bergabung. Dari NU, dari PDI-P, Muhammadiyah, Katolik, Hindu, Budha, pokoknya siapa saja.
Saya: Dana yang digunakan untuk membangun fasilitas yang ada di PAN, didapatkan darimana?
Beliau: Dari PAN, urunan (menyumbang). Dari eksekutif, dari legislatif, dari kader-kader PAN yang menyumbang.
Saya: Apa komentar dan saran Anda jika banyak kader-kader PAN yang ingin menjadi seorang pebisnis seperti Anda?
Beliau: Ya bagus. Justru sekarang di PAN itu, kader tidak hanya legislatif. Jadi, tidak hanya menjadi DPR. DPR kan terbatas, dia masuk PAN bisa belajar enterpreneur, bisa belajar wiraswasta, bisa membangun jaringan bisnis dan itu yang paling besar. Jadi masuk partai itu tidak hanya politik dan jadi DPR.
Saya: Anda tergabung dalam komisi VI di DPR yang bergerak di bidang perindustrian, perdagangan, koperasi dan BUMN. Hal-hal apa yang Anda terapkan dari pendidikan Anda di bidang ekonomi dalam kedudukan Anda di komisi VI DPR tersebut?
Beliau: Di komisi VI, karena perdagangan maka saya memperjuangkan keberpihakan kepada sektor usaha kecil. Saya memerangi hypermarket-hypermarket yang berdiri di tengah-tengah mereka. Itu menggulung toko-toko usaha kecil dan pasar-pasar tradisional. Ini yang masih belum diperhatikan oleh pemerintah di bidang perdagangan. Ini kita lawan terus tapi belum berhasil karena suara PAN di DPR masih kecil.
Nah, untuk perindustrian kita mau berpihak kepada rakyat, oleh karena itu kita mau semua hasil industri dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat, sesuai dengan UUD pasal 33. Saya menentang keras, bahkan akan walk out nanti kalau UU mineral dan batubara pertambangan itu boleh dimiliki asing semua. Lah, nanti kita bagaimana? Nah, ini kita lawan. Tapi kadang-kadang kan PAN sendiri. Masih dapat lima kursi untuk setiap komisi, jadi kalau voting kita sering kalah. Ini kita lawan sekarang.
Kemudian BUMN, kita minta agar mereka efisien dan jangan sampai menjadi sapi perah saja. Tetapi memang tidak mudah karena budaya kelakuan yang telah begitu lama korup, birokrasi yang korup itu memang tidak mudah untuk memperbaikinya. Insya Allah, kalau PAN yang memimpin itu bisa kita berantas.
Saya: Ketua Sekolah Tinggi Manajemen PPM, Ir. M. Sulistio Ramli, MBA, Phd., mengatakan bahwa Anda memiliki kemampuan leadership yang sangat menonjol. Sebenarnya apa yang Anda terapkan sebagai seorang pemimpin?
Beliau: Lah, pemimpin itu sederhana. Ya, cuma amanah, fathonah, siddiq, jujur, memiliki integritas, memiliki karakter. Itu saja yang kita pegang. Dan juga equal. Jadi, tidak ada satu yang lebih hebat. Jadi, equal sama prinsipnya. Mana yang hebat, nanti mereka akan kompetisi. Mana yang bagus maka dialah yang tampil. Jadi, saya bisa pertanggungjawabkan kepada yang lain.
Saya: Apa yang Anda rasakan setelah mendapat Anugerah Kadarman 2007 untuk kategori Strategic Change Management dalam bidang Leadership dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM?
Beliau: Ya, saya rasa senang dan bangga kepada kader-kader PAN. Karena membuat itu tidak mudah. Saya menghargai dan menghormati pak Amien sebagai ketua umum karena tanpa mereka memberi peluang, itu akan susah. Nah, saya itu bersyukur betul atas dukungannya pak Amien, mas Sutrisno Bachir dan kader-kader lainnya. Saya salut dengan kader-kader PAN baik itu DPP maupun DPD karena mereka mau berkompetisi.
Saya: Saat ini istri Anda mulai terjun ke dunia bisnis. Apakah Anda mempengaruhinya untuk itu?
Beliau: Iya. Ya, terus siapa lagi? Sekarang mulai buka bisnis Tator coffee shop di Senayan City, dan nanti akan buka restoran Waroeng Podjok di Sudirman Palace. Kadang dia juga suka bisnis jual beli rumah. Ya, dia sudah mulai-mulai rajin. Pokoknya, istri saya nggak mau makan uang DPR. Dia mau uang DPR semuanya disumbangkan saja. Dia mau makan dengan uang hasil usaha saja.
Saya: Apakah Anda mendidik anak-anak Anda untuk menjadi pengusaha seperti Anda? Atau bahkan untuk meneruskan perusahaan-perusahaan Anda?
Beliau: Iya, harus kita ajarin. Anak yang tertua, Futri, kan sekolahnya di SBM ITB (Sekolah Bisnis Manajemen). Nanti setelah lulus, akan saya ajari apakah buka restoran atau apa yang dia mau lah. Pokoknya harus saya ajarkan. Saya mengajarkan anak saya agar tidak tergantung. Mereka harus merdeka hidupnya. Kalau berdagang itu merdeka, kita justru menyerap tenaga kerja.
Saya: Siapa yang mendukung dan menjadi motivator Anda untuk menjadi orang yang sukses seperti sekarang?
Beliau: Istri. Soraya itu mendukung terus. Dia yang membimbing anak-anak saat saya jarang pulang. Kerja politik itu kan kadang pulangnya nggak karuan. Kerjanya nggak ada waktunya dan terus-menerus. Kadang-kadang susah ketemu. Nah, karena istri itu sepaham dan mendukung suaminya. Saya rasa itu luar biasa. Dan tentu anak-anak juga. Kalau anak-anaknya nggak belajar, Bapaknya pusing gimana? Tapi kalau anaknya belajar, nurut, rajin sholat, itu kan bentuk dukungan juga.
Saya: Apa saran Anda bagi para pengusaha yang baru memulai usahanya untuk menjadi sukses seperti Anda?
Beliau: Belajar usaha itu jangan dibuat sulit. Kalau mau dagang, langsung saja. Jangan takut, kayak kita naik sepeda saja. Nanti mungkin jatuh, lecet kakinya. Ya, nggak apa-apa, belajar lagi. Nanti mungkin jatuh lagi, tapi terus saja. Lama-lama nanti akan pintar.
Jangan patah semangat dan kuncinya itu kerja keras dan jujur. Nah, kalau dagang jujur itu berlaku di seluruh dunia. Kita akan dipercaya oleh orang asing juga. Modal uang itu bukan segala-galanya. Dulu saya nggak punya uang. Yang penting ada kemauan, ada kerja keras dan jujur.
Saya: Anda lebih suka dikenal sebagai seorang pengusaha atau seorang politisi?
Beliau: Ya, lebih senang dikenalnya sebagai Zulkifli Hasan saja. Orang hidup itu pengen dilihat jejak-jejaknya, bukan politisinya dan bukan pedagangnya. Yang dilihat itu, dia ngapain aja sih? Jejak-jejak itu adalah jejak yang baik. Kalau orang meninggal itu ada jejak-jejak positif yang baik. Nah, itulah yang menjadi kebanggaan. Apakah nanti sebagai pengusaha atau sebagai politisi.
Nah, kalau sebagai pengusaha, ada yang dikenang orang atau pernah membantu orang. Bukan pengusahanya yang dikenang tapi apa yang telah kita lakukan. Nah, di politik juga gitu. Apa yang telah diperjuangkan untuk bangsa dan negara ini. Hal-hal tersebut bukan menjadi kebanggan, tetapi menjadi sebuah kebahagiaan bagi saya.
Saya: Adakah keinginan Anda yang belum tercapai?
Beliau: Ya, kalau mengikuti keinginan tidak ada habisnya. Orang akan berhenti cita-cita dan kerja keras itu setelah akhir hayat. Perjuangan itu tidak ada hentinya. Banyak yang belum bisa saya lakukan. Jadi, kalau soal kepuasan memang saya belum puas. Karena belum terjadi perubahan yang signifikan, apalagi di dunia politik, reformasi ekonomi juga belum, kita belum jadi tuan rumah di negara sendiri.
Politik dan bangsa kita masih sangat tergantung kepada asing. Masih banyak orang-orang kita yang tidak bisa bekerja di dalam negeri, bahkan jadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di negeri orang. Kata bung Karno itu, kita akan menjadi budak dan bangsa budak. Sekarang bukan itu, bahkan untuk menjadi budak saja susah, ada yang harus ke Arab.
Jadi budak di negara sendiri saja sudah susah. Nah, jadi masih banyak sekali yang harus kita lakukan. Jadi, untuk para generasi muda, ayo perhatikan banyak hal penting. Lihatlah bangsa dan negeramu! Jangan bermain saja dan bersenang-senang saja. Senang-senang boleh, tapi ingat, tanggung jawab menunggu kita.
Saya: Tentang generasi muda yang saat ini banyak di antara mereka yang sekolah atau melanjutkan pendidikan di luar negeri, bahkan mereka bekerja dan membangun negera orang tanpa memedulikan bangsanya. Bagaimana komentar Anda?
Beliau: Sebetulnya orang Indonesia itu hebat-hebat. Buktinya, orang Indonesia di Arab itu maju, ada yang bisa dagang, bisa kerja. Artinya, lingkungan kita. Oleh karena itu, kita akan memperjuangkan keberpihakan kepada nasional, kepentingan nasional, pengusaha nasional, rakyat sendiri. Ekonomi itu tidak asal tumbuh, nanti asing semua masuk, kita jadi penonton, dan orang kita jadi buruh-buruh di luar negeri.
Nah, kita maunya itu ada keterlibatan. Ini yang menjadi kerisauan, agar ekonomi pancasila itu ada peran masyarakatnya yang ikut terlibat. Jangan nanti perkebunan sawit, tapi rakyat sekitarnya mau beli sawit saja susah, karena dimiliki asing. Nah, oleh karena itu generasi muda ini harus pintar-pintar menyaring budaya seperti apa yang harus dicerna dan budaya seperti apa yang harus dibuang.
Saya = Pewancara
Beliau = Bpk.
H. Zulkifli Hasan SE. MM
IP Address Anda !!!